Ahad, 18 September 2011

Saya juga pernah stress

Assalamualaikum wrt wbt,

Alhamdulillah, saya masih bernafas. Allah SWT mengizinkan saya untuk beribadah mencari redha Allah. Syukur. Sharing saya kali ini mungkin sedikit sebanyak tentang pengalaman peribadi. Bukan tujuan mengangkat diri, na'udzhubillah, tetapi sebagai pemangkin dan reminder buat diri.

Awalnya clinical year dan stress

05/10/2009 adalah tarikh keramat di mana saya menjejakkan kaki di RSHS sebagai mahasiswa
practical year. Bangga dan semangat berkobar-kobar menjadi bekal diri. Setelah seminggu pertama berlalu di Bagian Mata, bekalan semangat dan pride itu ternyata tidak cukup sama sekali.

Saya merasa sangat down. Saya melihat senarai penyakit yang sangat banyak untuk dihafal, mana harus adaptasi dengan dunia
clinical, perbezaan bahasa, orientasi alur fikir, soft skill dalam anamnesis dan pemeriksaan fisik, urusan kewangan kerana biaya di kota Bandung mahal. Ditambah lagi dengan stress sahabat kita yang dulu dekat di Jatinangor sekarang terpisah. Mana lagi sahabat-sahabat sekelompok clinical yang sangat cepat dan mantap dalam memahami dan menghafal.

Lama kelamaan, tekanan yang dirasakan memuncak. Saya duduk dipojok tangga. Saya menangis sepuasnya. Saya biarkan semua perasaan saya lepas bebas. Kebetulan, Konsulen Supervisor (baca: preceptor) melalui pojok tangga yang sama. Tanpa saya sedar, dia perhatikan saya. Setelah seketika, saya mengesat airmata. Malu kerana ada yang melihat.

Jam 1300. Waktunya bimbingan dengan Preceptor.
Giliran saya untuk presentasi kasus. Al-hasilnya, mestilah hancur! [Betapa malu bila diingat lagi] Namun begitu saya bersyukur kerana "hancurnya" presentasi saya, makanya dokter tersebut memberikan nasihat yang saya pegang sehingga sekarang.

"Beginilah. Kita berhenti dahulu case presentation. Saya mahu kalian semua mendengarkan nasihat saya baik-baik. Saya tahu kalian sangat stress. Saya tahu dunia yang kalian lalui ini adalah dunia baru. Dunia yang sangat jauh berbeda dengan apa yang kalian lalui sewaktu di Jatinangor dahulu. Tetapi kalian harus CEPAT BERADAPTASI. Apa yang kalian perlukan sekarang adalah MASA dan USAHA. Itu sahaja. Banyakkan bertanya kerana tugas kami di sini adalah untuk berbagi ilmu. Kami senang jika kalian semua bertanya. LEARNING BY DOING. Kami tidak tahu apa yang kalian tidak tahu. Maksimalkan pancaindera yang kalian punya. Saya yakin anak-anak yang saya lihat sekarang, akan berjaya sehingga ke akhir"


Saya sambut kata-kata dokter tadi dengan linangan airmata. Sungguh menusuk kalbu lebih-lebih lagi dokter tadi sempat melihat saya menangis. Saat itu saya sedar, kejayaan bukan hanya bergantung kepada semangat berkobar-kobar di awal perjuangan tapi keistiqamahan kita dalam mengekalkannya. Booster untuk Istiqamah itu yang harus dicari.

Motivator

Siapa kata saya tidak pernah gagal?

Itu salah besar. Sebelum melanjutkan tulisan ini, saya ingin menyatakan betapa saya merasa malu kerana inilah detik di mana saya akan membuka pekung di dada. Menceritakan sisi pahit yang pernah saya alami sewaktu saya koas dahulu.

Sebelum saya masuk ke Bagian Ilmu penyakit dalam (baca: Medical), saya banyak mendengar rumors negatif seperti bagian ter "horror", paling sulit ujiannya, paling strict para konsulennya, paling susah untuk lulus dan pelbagai lagi.

Sedikit sebanyak semua negative thoughts ini mempengaruhi mindsetting dan motivasi saya. Prasangka buruk ini menghantui saya sepanjang di IPD.

Sistem penilaian mereka adalah,

25% Long case exam
25% Socca (oral examination)
50% Bedsite teaching, case report, clinical sciences

Syukur, saya mendapat nilai 76, untuk long case examination.

Saya merasa, saya sudah berada dalam posisi yang sangat aman. Menyusul ujian berikutnya adalah Ujian socca. Katanya, ujian socca ini horror. Ramai yang gagal kerana penguji bagi setiap kes adalah tip-top meletup garang. Siapa yang tidak takut? Saya telah merasa takut sebelum ujian bermula.

Mungkin ada sesetengah orang jika mereka stress mereka masih boleh belajar tetapi sebaliknya berlaku pada saya. Saya secara TOTAL tidak dapat belajar sama sekali. Perasaan takut, negative thoughts bermain difikiran saya. Motivasi saya jatuh dibawah nilai sifar. Semua cerita-cerita orang tentang Bagian ini mulai kembali menghantui saya.

Al-hasilnya, saya GAGAL. Ya, dari sejumlah mahasiswa, saya antara yang gagal.

Saya MALU, merasa BODOH, GAGAL, KECEWA, semua lagi. Bagaimana tidak timbul segala perasaan ini jika saya adalah antara orang yang sangat memberikan motivasi dan nasihat kepada orang lain, tiba-tiba saya gagal. Ini adalah kegagalan pertama yang membuatkan saya hilang arah punca.

Setelah 2 hari, ujian susulan dijalankan. Syukur, puji dan sujud kepada Ilahi, Allah SWT mengizinkan untuk saya kembali bersama-sama teman seperjuangan. Saya lulus. Alhamdulillah.

Ada sesuatu yang terberkas di hati saya. Sangat mendalam. Iaitu mulai saat itu, saya tidak mahu dan tidak akan mendengarkan hal-hal negatif tentang suatu hal, lebih-lebih lagi akademik. Setiap orang punya cara sendiri dalam melihat suatu perkara.

Half full or half empty glass, right?

Setelah itu, apa yang terjadi?

  • Saya mulai melipatkali gandakan usaha.
  • Saya selalu memandang sisi positif dari suatu perkara yang terjadi.
  • Saya sering melihat hikmah di sebalik ujian.
  • Saya berhenti mendengarkan nasihat atau kata-kata dari orang yang banyak cerita buruk dari baiknya.
  • Saya berhenti atau setidaknya meminimalisirkan pemikiran negatif.
  • Saya tidak cemburu dan merasa tertekan dengan sahabat yang cepat tangkap ilmu sebaliknya saya banyakkan bergaul dengan mereka dan belajar cara mereka.
  • Saya sentiasa membenarkan lagi niat saya belajar dan mengajar, lillahi ta'ala.

Jadi, adalah salah besar, apabila ada yang melihat saya seolah-olah, kehidupan saya ibaratnya sentiasa di atas dan tidak pernah di bawah.

Ada yang sampai pernah bertanya,
"Aimi, awak sangat bersemangat, awak tidak pernah down eh?"

"Aimi, awak sentiasa senyum, ketawa dan ceria. Awak tidak ada masalah eh?"

Saya manusia biasa tetapi punya cara berbeza. InsyaAllah. Cara yang bertujuan membahagiakan diri dan insan di sekeliling saya.

Babah pernah berkata, "Selagi kita tidak pernah jatuh, kita tidak akan pernah tahu bagaimana cara untuk bangun. Allah SWT bagi kakak jatuh sekarang tetapi Allah SWT tidak membiarkan kakak sendiri. Ada tangan yang membantu untuk kakak berdiri. Lebih perit apabila kita jatuh, kita harus bangun sendiri sedangkan di sekeliling kita ada manusia tetapi mereka hanya melihat"

Saya lebih bersyukur, kesadaran ini telah Allah SWT berikan awal. Saya nekad mengubah paradigma mental saya. Setelah Bagian IPD, saya mendapatkan nilai A untuk semua bagian berikutnya yaitu sebanyak 7 bagian kecuali 2 bagian. Yaitu B+ (Anak) dan B++ (Anestesi)

Cari hobi.

Apa yang kita minat, kita suka buat selagi ianya tidak melanggar hukum Allah SWT dan adat, tambahan, tidak membazir, sila diamalkan.

Ini adalah salah satu medium untuk kita melepaskan diri dari memikirkan masalah diri.

Saya suka menulis, mendengar ceramah, berolahraga. Oleh itu, saya sangat memanfaatkan hujung minggu dengan membebaskan diri dari semua aktiviti yang berunsurkan Perubatan. Bosan juga kalau tidak ada perubahan.

Learning by doing.

Saya bukanlah mahasiswa yang tanpa disuruh baca saya telah mengkhatamkan sejumlah buku. Oleh itu, ada caranya saya belajar, agar saya tidak cepat bosan. Lebih-lebih lagi sewaktu koas, kepenatan yang melanda akan membuat saya cepat hilang motivasi.

Setiap kali ward round, oncall, bimbingan saya akan simpan 1 buku kecil, buat mencatat semua yang saya tidak tahu. Semua yang saya tidak tahu, tidak faham, mahu mencari tahu dan sebagainya. Saya akan bertanya kepada diri saya, kemudian menjawabnya, sehinggalah saya tidak mendapat jawapan dan di situlah titik saya tidak faham. Curiosity!

Setelah pulang ke bilik usai dari rumah sakit, saya belajar melalui pertanyaan-pertanyaan yang saya sediakan. Ilmu yang saya dapat seperti puzzle. Tidak beraturan, seperti contohnya hari ini mahu belajar tentang Bronchiale Asthma, jadi dari definisi sampailah prognosis ditelan bulat-bulat. Tidak, sebaliknya, hari ini misalnya saya belajar tentang anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk Asthma, jika rajin dan semangat ingin tahu tinggi, saya akan lanjutkan bacaan, jika tidak, saya akan berhenti di situ dan berpindah ke soalan berikutnya.

Saya baca, fahamkan, hadamkan baik-baik. Jika ada yang saya tidak tahu, itulah pertanyaan yang bakal saya tanya kepada beberapa Dokter Pakar.

Saya tidak akan malu bertanya. Biar orang lain melihat kita bodoh, asalkan ilmu yang kita mahu, kita dapat. Ingat kembali tujuan kita belajar dan bertanya itu adalah suatu proses pembelajaran.

Wallahualam. Sekian beberapa coretan peribadi yang ingin dikongsikan. Setiap dari kita punya cara berbeza. Silakan terima jika merasa bermanfaat dan sesuai :)

Semoga Allah SWT redha dan memberkati kita semua. Ameen

Ahad, 11 September 2011

Superhero ku

Assalamualaikum wrt wbt,

Alhamdulillah, sujud syukur saya menyembah Allah SWT Yang Maha Esa.


Hari ini saya mahu bercerita tentang beberapa hal. Jadi jangan ada yang bosan membacanya :)


Ayah saya dan cinta kami

Hari ini, 11/9/2011.

Tanggal 13/9/2011 akan datang adalah hari ulangtahun superhero saya, Hj Mustaffa bin Hj Othman, dia babah saya!! Saya bangga ada babah macam babah saya.
Hujung bulan ini, babah konvo. Majlis konvokesyen untuk Master. Ini Master kedua babah. Kerjasama antara UKM dan MPAT. Alhamdullillah, babah mendapat anugerah dekan dengan nilai total CGPA 3.5 Tahniah babah. Alhamdulillah. Babah merupakan motivasi dan sumber inspirasi saya. Babah selalu menasihatkan saya, tanpa jemu, berulang kali, "Kakak, fokus!"

Sewaktu saya kecil, "abah" dan "babah"

Masa saya kecil (mungkin sampai sekarang) jika saya tidak mahu, tidak suka, saya akan marah sampai menangis berjurai airmata.

Awalnya, panggilan untuk ayah saya adalah "Abah" tetapi kerana seringnya saya menangis dan setiap kali menangis, saya mahu dengan babah saya je, jadi bunyi setiap kali menangis adalah macam ini,

"Abah...hukhuk...ba...a...bah.......hukhukhuk..ababah...."

Menangis sampai puas sehingga kosa kata baru muncul dari kata abah kepada babah. Sejak dari itu, panggilan babah muncul.

Babah perwiraku

Komitmen babah pada tentera tidak berbelah bagi. Darah perwira mengalir terus di dalam dirinya. Jauh berbeza perwatakan babah di tempat kerja dan di rumah. Babah tegas. Sangat tegas sebenarnya. Apalagi jika menyentuh hal pendidikan anak-anak.

Sewaktu saya tingkatan 3, tahun peperiksaan besar, PMR. Saya tidak dapat berkonsentrasi untuk belajar. Suasana bising di sekeliling membuatkan saya belajar hanya setelah semuanya tidur. Saya bergadang di depan toilet kerana tidak mahu switch on lampu (nanti membangunkan adik-adik yang lain).

Babah dan mama sedar akan hal ini. Mereka langsung membuat keputusan untuk menambah luaskan rumah (renovation), dan membuat bilik khusus buat saya. Subhanallah!

Sejak dari itu, saya nekad, kalau mama dan babah mampu mengeluarkan sejumlah wang untuk saya demi kebaikan pendidikan saya, kenapa tidak saya berkorban juga. Sejak titik itu juga, saya belajar erti pengorbanan. Hadiahnya, straight A's PMR untuk babah dan mama. Alhamdulillah, syukur :)

Tragedi Bosnia Herzegovina.

Masih segar diingatan saya, kami semua sekeluarga, menghantar babah ke lapangan terbang. Sanak-saudara turut memberikan penghormatan kepada babah. Babah segak berpakaian tentera. Saya waktu itu masih kecil dan sejujurnya saya gembira berjalan-jalan tanpa saya sedar saya akan berpisah dengan ayah saya selama setahun lamanya.

Sampai satu saat, mama suruh saya salam tangan babah, peluk babah lama-lama, cium pipi babah lama-lama. Saya masih kecil, saya melakukannya dengan senang hati. Masih tidak sedar.

Tiba-tiba saya melihat babah meninggalkan kami sekeluarga, berjalan penuh tegas, tidak menoleh kebelakang walau sekali. Saat itu saya bertanya kepada mama,

"Mama, babah nak pergi mana?"

"Babah nak pergi tolong orang"

"Kita tak boleh ikut ke?"

"Tak boleh. Kita doakan babah selamat pergi dan balik ye?"

Ringkas tetapi masih belum memuaskan hati saya. Saya bertubi-tubi menanyakan lagi pertanyaan. Sehingga saya melihat mama menitiskan airmata dan saat itu saya sedar, babah akan pergi jauh.

"Mama, babah pergi lama?"

"Sekejap je, insyaAllah"

Saya merasa ada kegusaran di dalam kata-kata mama. Saya menangis semahunya. Saya tidak peduli sesiapa di sekeliling saya. Saya meronta. Menjerit-jerit memanggil babah. Tapi sedetik pun tidak babah palingkan wajahnya ke belakang.

Berderetan perbarisan tersusun rapi, bersiap menerima arahan, meninggalkan keluarga tersayang demi tugas kepada sesama manusia. Mereka lah insan yang bersiap menghulurkan bantuan tatkala orang lain belum sedar adanya konflik di sana.

Usai perbarisan, saya masih melihat sosok babah. Babah melihat kami sekilas, melambai dan kemudian berjalan penuh gah masuk ke dalam kapal terbang TUDM (tentera udara di raja Malaysia). Kapal terbang yang akan membawa ratusan perwira. Mereka tidak meletakkan harapan menggunung tinggi untuk kembali pulang ke tanahair. Jika kematian menjemput, mereka siap bersemadi. Subhanallah.

Perpisahan yang memisahkan antara seorang bapa dan anak-anak, sungguh mengajar saya erti berdikari. Saya membesar tanpa kehadiran fisik seorang ayah. Namun begitu, menjadi rutin harian, kami menulis surat. Surat tersebut berwarna biru. Hujungnya berwarna belang biru tua dan biru muda. Ada lambang negara lagi dekat sampul. Surat tersebut khusus ditulis buat keluarga angkatan tentera.

Saya bertindak sebagai kakak (anak sulung) dan dalam waktu yang sama, saya bertindak sebagai orang kanan mama. Sedari kecil, saya telah menjadi sahabat mama. Pergi ke pasar sendiri, beli sarapan sendiri, sakit tahan sendiri. Uruskan adik-adik dari bangun tidur sampai tidur lagi. Saya tidak pernah mengeluh untuk semua itu, alhamdulillah, saya bersyukur. Jika saya tidak diajar Allah SWT untuk ini semua, belum tentu ujian yang lebih besar mampu saya lalui.

Syukur, walaupun sekarang babah sibuk, (babah sangat bersemangat kerja, dari hari Isnin sehingga ke hari Ahad), tapi saya tahu babah ada bersama kami. Kadang ke Jerman seminggu atau mungkin ke Filipina 2 minggu, atau pernah ke Indonesia sebulan.

Motivator terbaik

Saya bersyukur ke hadrat Allah SWT, dengan izinNya, motivator yang mampu meniupkan semangat dan ketenangan di hati. Saat saya merasa saya perlukan seseorang, berpendirian neutral tanpa mempertimbangkan hal emosi, babahlah orang pertama yang saya cari. Luahan perasaan selama berjam-jam lamanya.

Dan hari ini, hadiah buatmu

Tanggal 9/9/2011, saya melangkahkan kaki ke bangunan Eyckman.

Ada khabar nilai akhir sepanjang tahun praktikal sudah diumumkan. Langkahan kaki penuh debaran.

Sampai saja di lantai 4, ada seorang sahabat terus memeluk saya,

"Aimi, aku dapat anugerah dekan"

"Alhamdulillah, tahniah"

Sama-sama menumpang gembira. Hati masih gusar. Nilai sendiri belum tahu lagi.

Saya memasuki ruangan yang menempatkan semua maklumat mahasiswa. Saya membuka lembar satu persatu, mencari nama saya.

Tiba-tiba, di suatu helaian, saya melihat,

Nurul Aimi Binti Mustaffa
CGPA 3.5

Berjuraian airmata saya. Syukur, alhamdulillah.

Saya menelefon mama dan babah.

"Mama, babah, ini hadiah buat mama dan babah. Babah, pointer kita sama"

"Anak bapak"
Alhamdulillah. Syukur. Syukur.

Babah,
Babah adalah superhero kakak.
Happy be-earlied birthday.

Kakak doakan babah, mama, dan kita sekeluarga bahagia dunia dan dapat berkumpul di syurgaNya kelak. Ameen.

Terima kasih selama ini babah telah menjadi contoh yang baik.

Orang kata, muka kakak tinggal tambah misai, dah serupa macam babah.

Kakak tak kesah~

Orang kata, perangai kakak sama macam babah,

Kakak tak kesah~

Orang kata, makanan kegemaran kakak sama dengan babah,

kakak tak kesah~

Apa yang kakak tahu, kakak saya babah!

*Peluk babah kuat-kuat*