Assalamualaikum wrt wbt,
Alhamdulillah, puji syukur ke hadrat Ilahi.
Segala hal yang diuruskan sesuai perancangan dengan izinNya.
Saya ingin bercerita sedikit tentang proses pembuatan Visa B di Malaysia.
Proses ini dilakukan minimal sebelum tarikh tamat KITAS.
Bagi mahasiswa Malaysia di Indonesia, pasti sudah tidak asing lagi dengan buku biru atau buku KITAS.
Bagi sesetengah mahasiswa yang tamat izin belajarnya sebelum tanggal Wisuda, mahu atau tidak, kita harus membuat Visa B sebagai permit perpanjangan tinggal di Indonesia. KITAS hanya valid selama 6 tahun sahaja. Di renew setiap setahun sekali atau 2 tahun sekali.
Baiklah, kali ini saya tidak akan berbicara protokolnya tetapi secara praktisnya bagaimana ye?
Ok, mula-mula, korang datang ke Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia (ada 2 tempat, 1 di KL dan 1 lagi di JB, tergantung korang dekat nak access yang mana),
Lokasinya di Jalan Tun Razak, sebelum bangunan Tabung Haji.
Waktu: Mulai dari jam 0900 sehingga jam 1300. (Tidak perlu datang jam 0700)
Hari: Beroperasi setiap hari kecuali, Hari Minggu dan cuti bersama Indonesia atau Malaysia (contohnya, di Indonesia cuti sempena sambutan hari Isra' Mikraj sedangkan Malaysia tidak, namun Embassy tetap tutup - berdasarkan holiday negara asal).
1. Ambil nomer antrian.
Caranya, dari pintu utama Embassy, korang jalan terus dan langsung ambil nombor. Bagi tahu korang mahasiswa Malaysia, perpanjangan Visa B. Jadi tidak perlu ikut beratur panjang. (Sumpah! Panjang sangat-sangat, lebih dari 100 orang warga Indonesia sehari yang beratur untuk urusan Izin tinggal)
2. Setelah ambil nomer, terus ke Kaunter 21.
Kaunter 21 ini adalah kaunter Visa Pelajar. Sediakan:
1. 2 keping gambar ukuran passport, berlatarbelakangkan warna merah
2. Salinan passport 2 kali
3. Salinan Surat Keterangan Mahasiswa (dikeluarkan dari Universitas masing-masing)*
4. Salinan Permohonan Visa B (dikeluarkan dari Universitas masing-masing)*
5. Kartu mahasiswa. (Kad mahasiswa atau tanda pengenalan diri)
* bawa juga salinan asli.
+ just in case, bawa/print flight itinerary pulang ke Indonesia kembali
3. Ambil Pas Pelawat.
Selesai dari urusan di Kaunter 21, korang pergi ke pondok SATPAM, minta Pas Pelawat sambil dititipkan ID card korang.
4. Visa
Dengan Pas Pelawat, korang ke tempat pembuatan visa, (tempat buat visa diasingkan dari tempat umum warganegara Indonesia). Tempatnya betul-betul berdepan dengan Pos Satpam.
Bawa semua dokumen korang yang diproses di Kaunter 21 tadi.
Di sini, korang ambil formulir (borang) warna putih di head letter nya tertulis "Permohonan Visa Business/Social Cultural/Education". Fill up form sambil beratur.
Kalau boleh cepat-cepat sampai di Kaunter Visa ini, sebabnya, kalau nombor beratur dah 80 - 100++, korang hanya boleh ambil passport esoknya. Visa tidak akan siap dalam sehari jadinya.
Tunggu sehingga nombor korang dipanggil. Kemudian, jangan lupa sediakan wang sebesar RM 170 ye.
Ok, setelah urusan di Kaunter Visa selesai,
5. Proses Visa selesai.
Jam 1600, korang datang lagi ke Embassy, beratur di Kaunter Visa untuk dapatkan nombor antrian baru.
Kiranya, sekarang korang ambil nombor untuk dapatkan Visa korang yang dah siap. Selesai dalam hari yang sama (tergantung nombor antrian korang yang pagi).
6. Ok, DONE!
Alhamdulillah, selesai. Visa B ini valid untuk 60 hari. Jadi setelah cukup 60 hari, korang ada 2 pilihan:
1. Keluar dari Republik Indonesia (pulang ke Malaysia maksudnya) - tergantung harga tiket kan?
2. Perbaharui Visa B di kantor Immigrasi Indonesia (sekitar Rp 450k).
Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semuanya kerana Allah Pemilik Sekelian Alam (6:162)
Khamis, 30 Jun 2011
Ahad, 26 Jun 2011
Magang Story 2: Change!
Assalamualaikum wrt wbt,
Salam sejahtera buat semua,
Alhamdulillah, puji syukur ke hadrat Tuhan kita yang menciptakan segala nikmat buat manusia dan alam sekeliling,
Selawat dan salam buat Rasulullah SAW, junjungan besar, keluarga Baginda, para sahabat, tabi'-tabiin.
Minggu ini, saya akan menceritakan pengalaman minggu berikutnya di Medical Department.
Alhamdulillah dan syukur, semakin hari semakin banyak ilmu yang didapatkan, semakin banyak pengalaman yang diperolehi. Alhamdulillah.
Pagi, jam 0800, saya incharge di Emergency Department.
Kalau semasa koas dahulu (clinical year), bila sebut "Jaga" atau "Oncall" di Emergency maknanya, minimal adalah seorang kawan yang akan bersama-sama mengharungi badai oncall. Eceh, ayat! *wink*
Sebenarnya, tidaklah seram mana. Mainan fikiran je tu.
Dari setiap bagian, menghantar 1 orang dokter magang. Jadi total ada 4 dokter magang bekerjasama dengan dokter umum yang lainnya. Jadi walaupun kami datang dari berbeza department, tetap saja penanganan pesakit dilakukan bersama-sama. Bukan bererti ini pesakit Medical, dokter dari Medical saja yang handle. Kami mengamalkan peribahasa "Sepakat membawa berkat". Eceh 2 kali.
Seorang pesakit lelaki, usia 60an, datang dengan keluhan sesak nafas dan sakit dada.
"Aimi, ini ada pesakit, Tuan S, 60 tahun, datang dengan keluhan dyspnea dan nyeri dada. saya tinggalkan untuk kamu, kalau hasil laboratorium pesakit ini keluar, tolong consult pesakit ini kepada dokter pakar" pesan rakan sejawat saya yang selesai tugasnya pagi itu.
(Dia oncall dari jam 8 malam hari sebelumnya hingga jam 8 pagi saat saya masuk menggantikan dia)
"Ok, dokter pakar yang incharge hari ini siapa?" tanya saya.
"Dr H" ringkas jawabnya.
"Aimi, pesakit ini diagnosisnya (penyakitnya)...." sambung sahabat tadi.
Namun, dengan segera saya potong,
"Jangan di kasi tahu saya diagnosisnya, biar saya periksa ulang. Benar tidak pemeriksaan saya dengan diagnosis kamu. Nanti saya lihat status pesakit ini saja. Thank you say (baca: sayang)" kataku sambil tersengih. Jangan salah faham, "sayang" di situ ditujukan kepada sahabat perempuan ya.
Sahabat saya tadi mengerti kerana ini bukan kali pertama saya memberhentikan bicaranya saat dia mahu mengkhabari diagnosis pesakit.
Debaran telah saya rasakan. Jika seorang pesakit itu di consult ke dokter pakar, itu bererti kondisi pesakit itu sama ada kritikal atau penyakitnya sulit atau ada komplikasi penyakit. Jika dokter umum atau istilah dokter junior mahu consult ke dokter pakar, minimal kita harus tahu penyakit pesakit itu. Tidak ada istilah "tidak tahu atau tidak pernah dengar penyakitnya"
Saya ke pesakit tadi. Saya melihat kondisi pesakit ini letargis. Sangat letargis.
Tanda vital yang ditemukan pada pesakit ini,
Dalam hati, "Mungkin kerana sesak dan nyeri dada, pesakit ini menjadi sangat lemah"
Saya melakukan anamnesis ulang, pemeriksaan fisik sekali lagi.
Hasil yang saya temukan sesuai dengan Decompensatio Cordis FC III-IV (Gagal Jantung) e.c Hypertensive Heart Disease. Saya melihat status pesakit ini,
"Gotcha! Betul pun. Alhamdulillah" bisik hati saya sambil tersengih menyeringai.
Sambil menulis status pesakit lainnya,
"Dokter, ini hasil laboratorium pesakit atas nama Tuan S, 60 tahun" seorang jururawat separuh abad menghulurkan hasil pemeriksaan darah pesakit tadi.
"Nuhun ibu" balas saya dalam bahasa Sunda. Dialek asli orang Bandung.
Setelah diperiksa mata saya tertancap pada hasil pemeriksaan "CK-MB".
"Haish, apesal melambung tinggi CK MB ini, Leukosit pun tinggi??" dalam hati berbisik.
Saya melihat hasil ECG pesakit ini.
[Sila google fungsi enzim CK-MB untuk tahu lebih lanjut]
Aku masih berbicara sendiri, "Acute Myocardial Infarct?" sambil membandingkan dengan hasil ECG. Kemudian melihat penatalaksaan yang telah diberikan.
Seperti ada yang tidak sesuai dengan hasil lab dan ECG pesakit ini. Tidak cocok!
"Doc, mahu mulai Heparinisasi?" tanya jururawat lagi.
[Sila google juga untuk Heparinisasi untuk mengetahui lebih lanjut. Heparinisasi merupakan penanganan awal diberikan kepada pesakit dengan hasil lab CK-MB yang tinggi akibat kegagalan fungsi jantung dan kecederaan otot jantung. Namun, harus diperhatikan juga faktor pembekuan dan perdarahan pesakit dalam batas normal kerana pemberian Heparin ini mempunyai efek samping perdarahan"
"Sebentar ya bu" balas saya.
Saya membawa lembar status pesakit dan masuk ke ruangan Dokter Umum (senior).
Kami sempat diskusi dan mengambil kata putus untuk ke pesakit semula.
Saat kami datang melihat pesakit, tiba-tiba posisi pesakit menjadi tegang seperti kejang.
Lebih kurang seperti inilah posisi pesakit saya itu.
Kaget kami!
Namun, dengan segera cepat dokter umum senior memegang pesakit tadi agar tidak jatuh.
Setelah 3 - 5 menit, pesakit tadi kembali normal.
Saya dan dokter senior tadi memerhatikan dengan baik kejangnya.
Dokter senior kemudian memanggil saya,
"Kamu dapat tangkap kenapa pesakit ini mempunyai kadar CK-MG yang sangat tinggi??"
Saya menjawab dengan perlahan, "Tetanus (Kancing gigi)?? Overuse of muscle activity?" sambil muka masih bingung.
"Ya, benar. Sekarang kamu periksa pesakit ini dan laporkan kepada Dokter H SpPD (Medical Specialist) dan Dr B (Neurologist)" balas dokter senior tadi.
Segera saya berlari, memeriksa ulang pesakit tadi.
Pesakit ini sesak mungkin kerana spasme laring.
Kedua, trismus 1 jari (bukaan mulut maksimal hanya 1 jari, normal masuk triple beef burger Mc D pun boleh..Ngee~ :P)
Ketiga, kuduk kaku (leher kaku dan tidak boleh ditundukkan sama sekali)
Keempat, perabaan perut, keras seperti papan.
Kelima, posisi pesakit, Opistotonus.
Keenam, fokus infeksi. Puas saya cari-cari di mana fokus infeksi. Ditanya ke pesakit dan keluarga, katanya, pesakit tadi tidak ada luka. Tapi mustahil dari mana datangnya infection kalau tidak ada jalan masuknya. Saya lihat-lihat, ada luka sebesar 2cm panjangnya dan 2 cm dalamnya di telapak kaki kiri pesakit ini. Dia tidak sedar begitu jua keluarganya.
"Hah! Jumpa pun kau" didalam hatiku berbisik.
Selesai semua, saya berlari bertemu Dr H SpPD. Selesai melaporkan, saya bertanya,
"Dokter, menurut pendapat saya dan Dr F, CK-MB nya tinggi bukan kerana AMI (penyakit jantungnya) tetapi kerana Tetanus" saya memberikan kesimpulan akhir dari diskusi.
"Iya, saya setuju. Memang iya. Ayo Aimi, segera lapor ke Dr B. Jadi dari kita hanya penanganan Decom III-IV ya?" tanya Dr H SpPD.
"Iya Dok" balas saya.
Kemudian, setelah melaporkan keadaan pesakit ke Dr B (Neurologist), saya ke Emergency semula.
Melapor ulang ke dokter senior, memberikan intruksi kepada jururawat bertugas dan duduk rehat!
Penat woo~ berlari-lari anak ayam satu hospital mencari dokter-dokter untuk melaporkan keadaan pesakit.
Alhamdulillah, setelah dimasukkan ke Ward, penanganan seoptimal dan maksimal mungkin diberikan dan keadaan pesakit jauh lebih baik dibandingkan saat baru datang.
Alhamdulillah. Syukur.
Pesan 1: Pesanan dari Dr H. "Jangan melihat keluhan pesakit sebagai suatu "kebiasaan". Take serious for every complaint of the patients. They are in pain. Menjadi dokter harus sensitif dan alert dengan setiap perubahan, keluhan dan keadaan pesakit"
Semoga Allah SWT memberkati dokter yang telah banyak mengajar saya.
Pesan 2: Alhamdulillah :)
Salam sejahtera buat semua,
Alhamdulillah, puji syukur ke hadrat Tuhan kita yang menciptakan segala nikmat buat manusia dan alam sekeliling,
Selawat dan salam buat Rasulullah SAW, junjungan besar, keluarga Baginda, para sahabat, tabi'-tabiin.
Minggu ini, saya akan menceritakan pengalaman minggu berikutnya di Medical Department.
Alhamdulillah dan syukur, semakin hari semakin banyak ilmu yang didapatkan, semakin banyak pengalaman yang diperolehi. Alhamdulillah.
Pagi, jam 0800, saya incharge di Emergency Department.
Kalau semasa koas dahulu (clinical year), bila sebut "Jaga" atau "Oncall" di Emergency maknanya, minimal adalah seorang kawan yang akan bersama-sama mengharungi badai oncall. Eceh, ayat! *wink*
Tapi sekarang, you're alone! Alone~ (baca dengan nada seram)
Sebenarnya, tidaklah seram mana. Mainan fikiran je tu.
Dari setiap bagian, menghantar 1 orang dokter magang. Jadi total ada 4 dokter magang bekerjasama dengan dokter umum yang lainnya. Jadi walaupun kami datang dari berbeza department, tetap saja penanganan pesakit dilakukan bersama-sama. Bukan bererti ini pesakit Medical, dokter dari Medical saja yang handle. Kami mengamalkan peribahasa "Sepakat membawa berkat". Eceh 2 kali.
Seorang pesakit lelaki, usia 60an, datang dengan keluhan sesak nafas dan sakit dada.
"Aimi, ini ada pesakit, Tuan S, 60 tahun, datang dengan keluhan dyspnea dan nyeri dada. saya tinggalkan untuk kamu, kalau hasil laboratorium pesakit ini keluar, tolong consult pesakit ini kepada dokter pakar" pesan rakan sejawat saya yang selesai tugasnya pagi itu.
(Dia oncall dari jam 8 malam hari sebelumnya hingga jam 8 pagi saat saya masuk menggantikan dia)
"Ok, dokter pakar yang incharge hari ini siapa?" tanya saya.
"Dr H" ringkas jawabnya.
"Aimi, pesakit ini diagnosisnya (penyakitnya)...." sambung sahabat tadi.
Namun, dengan segera saya potong,
"Jangan di kasi tahu saya diagnosisnya, biar saya periksa ulang. Benar tidak pemeriksaan saya dengan diagnosis kamu. Nanti saya lihat status pesakit ini saja. Thank you say (baca: sayang)" kataku sambil tersengih. Jangan salah faham, "sayang" di situ ditujukan kepada sahabat perempuan ya.
Sahabat saya tadi mengerti kerana ini bukan kali pertama saya memberhentikan bicaranya saat dia mahu mengkhabari diagnosis pesakit.
Debaran telah saya rasakan. Jika seorang pesakit itu di consult ke dokter pakar, itu bererti kondisi pesakit itu sama ada kritikal atau penyakitnya sulit atau ada komplikasi penyakit. Jika dokter umum atau istilah dokter junior mahu consult ke dokter pakar, minimal kita harus tahu penyakit pesakit itu. Tidak ada istilah "tidak tahu atau tidak pernah dengar penyakitnya"
Saya ke pesakit tadi. Saya melihat kondisi pesakit ini letargis. Sangat letargis.
Tanda vital yang ditemukan pada pesakit ini,
Blood pressure: Hypertension grade 2
Heart Rate : Tachycardia
Respiratory Rate: Tachypnea
Temperature: Subfebris.
Heart Rate : Tachycardia
Respiratory Rate: Tachypnea
Temperature: Subfebris.
Dalam hati, "Mungkin kerana sesak dan nyeri dada, pesakit ini menjadi sangat lemah"
Saya melakukan anamnesis ulang, pemeriksaan fisik sekali lagi.
Hasil yang saya temukan sesuai dengan Decompensatio Cordis FC III-IV (Gagal Jantung) e.c Hypertensive Heart Disease. Saya melihat status pesakit ini,
"Gotcha! Betul pun. Alhamdulillah" bisik hati saya sambil tersengih menyeringai.
Sambil menulis status pesakit lainnya,
"Dokter, ini hasil laboratorium pesakit atas nama Tuan S, 60 tahun" seorang jururawat separuh abad menghulurkan hasil pemeriksaan darah pesakit tadi.
"Nuhun ibu" balas saya dalam bahasa Sunda. Dialek asli orang Bandung.
Setelah diperiksa mata saya tertancap pada hasil pemeriksaan "CK-MB".
"Haish, apesal melambung tinggi CK MB ini, Leukosit pun tinggi??" dalam hati berbisik.
Saya melihat hasil ECG pesakit ini.
[Sila google fungsi enzim CK-MB untuk tahu lebih lanjut]
Aku masih berbicara sendiri, "Acute Myocardial Infarct?" sambil membandingkan dengan hasil ECG. Kemudian melihat penatalaksaan yang telah diberikan.
Seperti ada yang tidak sesuai dengan hasil lab dan ECG pesakit ini. Tidak cocok!
"Doc, mahu mulai Heparinisasi?" tanya jururawat lagi.
[Sila google juga untuk Heparinisasi untuk mengetahui lebih lanjut. Heparinisasi merupakan penanganan awal diberikan kepada pesakit dengan hasil lab CK-MB yang tinggi akibat kegagalan fungsi jantung dan kecederaan otot jantung. Namun, harus diperhatikan juga faktor pembekuan dan perdarahan pesakit dalam batas normal kerana pemberian Heparin ini mempunyai efek samping perdarahan"
"Sebentar ya bu" balas saya.
Saya membawa lembar status pesakit dan masuk ke ruangan Dokter Umum (senior).
Kami sempat diskusi dan mengambil kata putus untuk ke pesakit semula.
Saat kami datang melihat pesakit, tiba-tiba posisi pesakit menjadi tegang seperti kejang.
Lebih kurang seperti inilah posisi pesakit saya itu.
Kaget kami!
Namun, dengan segera cepat dokter umum senior memegang pesakit tadi agar tidak jatuh.
Setelah 3 - 5 menit, pesakit tadi kembali normal.
Saya dan dokter senior tadi memerhatikan dengan baik kejangnya.
Dokter senior kemudian memanggil saya,
"Kamu dapat tangkap kenapa pesakit ini mempunyai kadar CK-MG yang sangat tinggi??"
Saya menjawab dengan perlahan, "Tetanus (Kancing gigi)?? Overuse of muscle activity?" sambil muka masih bingung.
"Ya, benar. Sekarang kamu periksa pesakit ini dan laporkan kepada Dokter H SpPD (Medical Specialist) dan Dr B (Neurologist)" balas dokter senior tadi.
Segera saya berlari, memeriksa ulang pesakit tadi.
Pesakit ini sesak mungkin kerana spasme laring.
Kedua, trismus 1 jari (bukaan mulut maksimal hanya 1 jari, normal masuk triple beef burger Mc D pun boleh..Ngee~ :P)
Ketiga, kuduk kaku (leher kaku dan tidak boleh ditundukkan sama sekali)
Keempat, perabaan perut, keras seperti papan.
Kelima, posisi pesakit, Opistotonus.
Keenam, fokus infeksi. Puas saya cari-cari di mana fokus infeksi. Ditanya ke pesakit dan keluarga, katanya, pesakit tadi tidak ada luka. Tapi mustahil dari mana datangnya infection kalau tidak ada jalan masuknya. Saya lihat-lihat, ada luka sebesar 2cm panjangnya dan 2 cm dalamnya di telapak kaki kiri pesakit ini. Dia tidak sedar begitu jua keluarganya.
"Hah! Jumpa pun kau" didalam hatiku berbisik.
Selesai semua, saya berlari bertemu Dr H SpPD. Selesai melaporkan, saya bertanya,
"Dokter, menurut pendapat saya dan Dr F, CK-MB nya tinggi bukan kerana AMI (penyakit jantungnya) tetapi kerana Tetanus" saya memberikan kesimpulan akhir dari diskusi.
"Iya, saya setuju. Memang iya. Ayo Aimi, segera lapor ke Dr B. Jadi dari kita hanya penanganan Decom III-IV ya?" tanya Dr H SpPD.
"Iya Dok" balas saya.
Kemudian, setelah melaporkan keadaan pesakit ke Dr B (Neurologist), saya ke Emergency semula.
Melapor ulang ke dokter senior, memberikan intruksi kepada jururawat bertugas dan duduk rehat!
Penat woo~ berlari-lari anak ayam satu hospital mencari dokter-dokter untuk melaporkan keadaan pesakit.
Alhamdulillah, setelah dimasukkan ke Ward, penanganan seoptimal dan maksimal mungkin diberikan dan keadaan pesakit jauh lebih baik dibandingkan saat baru datang.
Alhamdulillah. Syukur.
Pesan 1: Pesanan dari Dr H. "Jangan melihat keluhan pesakit sebagai suatu "kebiasaan". Take serious for every complaint of the patients. They are in pain. Menjadi dokter harus sensitif dan alert dengan setiap perubahan, keluhan dan keadaan pesakit"
Semoga Allah SWT memberkati dokter yang telah banyak mengajar saya.
Pesan 2: Alhamdulillah :)
Khamis, 23 Jun 2011
Kebiasaan rahsia umum
Assalamualaikum wrt wbt,
Salam sejahtera buat semua,
Alhamdulillah, puji syukur ke hadrat Tuhan kita yang menciptakan segala nikmat buat manusia dan alam sekeliling,
Selawat dan salam buat Rasulullah SAW, junjungan besar, keluarga Baginda, para sahabat, tabi'-tabiin.
Apabila melihat gambar di atas, pasti semua tahu, perempuan berbaju merah sedang membisikkan sesuatu kan?
(Takkan tengah menggoreng ikan kot?. Apa lah Aimi ni~)
Baiklah, entry kali ini saya ingin menyentuh tentang kebiasaan "RAHSIA UMUM"
Meh, saya berikan contoh situasi ya.
Di suatu petang dengan angin sepoi-sepoi bahasa, duduk berdua sahabat baik di bawah pohon cemara,
Nurul: Siti, aku ada hal yang dikongsikan bersama kamu. Tapi ini rahsia ya! Janji tau!
Siti: Oh, ok! Janji.
Nurul: Sok-sek-sok-sek (sambil bercerita dengan penuh semangat). Ok, macam itulah ceritanya. Selesai. Kau janji jangan cerita dekat orang lain. Hal ini berat buat aku. Malu aku kalau sampai orang tahu
Siti: Ok, aku janji. Percayalah dengan aku.
Siti: Halimah, semalam Nurul ada cerita rahsia dia dekat aku. Aku pun bingunglah. Tak tahu macam mana caranya untuk selesaikan.
Halimah: Apa dia? Dia minta kau selesaikan ke?
Siti: Tak boleh. Aku dah janji dengan dia. Memanglah dia tak minta, tapi aku nak bantu dia
Halimah: Oh, kalau macam itu, simpanlah.
Siti: Tapi......kalau aku cerita dekat kau, kau jangan cerita dekat orang lain ye. Aku dah janji nak simpan rahsia.
Halimah: Ok, aku janji.
----------------------------------------------------------------------------------------
Pernah mengalami situasi seperti ini tidak atau terkena dengan situasi ini?
Inilah yang saya maksudkan rahsia umum.
Ada beberapa hal yang ingin saya utarakan di sini,
Alhamdulillah, sedikit perkongsian yang dapat saya berikan dan berharap ia nya bermanfaat buat semua.
Pesan 1: Ingat hukum karma, "What you give, you get back. Sambungan yang saya selalu selitkan, If it's not here then in Hereafter. InsyaAllah"
Pesan 2: Mual dengan sikap orang seperti di atas dan saya ada tips untuk kalian, jika bertemu dengan individu seperti di atas. ZIP mulut kalian ketat-ketat dan rapat-rapat jangan sampai bocor walau satu kalimat kerana sebentar lagi ianya akan tersebar :))
Pesan 3: Mari beristighfar. Astaghfirullah. Astaghfirullah. Astaghfirullah.
Salam sejahtera buat semua,
Alhamdulillah, puji syukur ke hadrat Tuhan kita yang menciptakan segala nikmat buat manusia dan alam sekeliling,
Selawat dan salam buat Rasulullah SAW, junjungan besar, keluarga Baginda, para sahabat, tabi'-tabiin.
Apabila melihat gambar di atas, pasti semua tahu, perempuan berbaju merah sedang membisikkan sesuatu kan?
(Takkan tengah menggoreng ikan kot?. Apa lah Aimi ni~)
Baiklah, entry kali ini saya ingin menyentuh tentang kebiasaan "RAHSIA UMUM"
Apa yang saya maksudkan dengan KEBIASAAN RAHSIA UMUM?
Meh, saya berikan contoh situasi ya.
Di suatu petang dengan angin sepoi-sepoi bahasa, duduk berdua sahabat baik di bawah pohon cemara,
Nurul: Siti, aku ada hal yang dikongsikan bersama kamu. Tapi ini rahsia ya! Janji tau!
Siti: Oh, ok! Janji.
Nurul: Sok-sek-sok-sek (sambil bercerita dengan penuh semangat). Ok, macam itulah ceritanya. Selesai. Kau janji jangan cerita dekat orang lain. Hal ini berat buat aku. Malu aku kalau sampai orang tahu
Siti: Ok, aku janji. Percayalah dengan aku.
Esoknya, Siti bertemu Halimah.
Siti: Halimah, semalam Nurul ada cerita rahsia dia dekat aku. Aku pun bingunglah. Tak tahu macam mana caranya untuk selesaikan.
Halimah: Apa dia? Dia minta kau selesaikan ke?
Siti: Tak boleh. Aku dah janji dengan dia. Memanglah dia tak minta, tapi aku nak bantu dia
Halimah: Oh, kalau macam itu, simpanlah.
Siti: Tapi......kalau aku cerita dekat kau, kau jangan cerita dekat orang lain ye. Aku dah janji nak simpan rahsia.
Halimah: Ok, aku janji.
Lusanya, Halimah bertemu Rokiah
----------------------------------------------------------------------------------------
Agak-agak sampai bila rahsia ini akan berputar kalau semua mengamalkan sikap Kebiasaan Rahsia Umum??
Pernah mengalami situasi seperti ini tidak atau terkena dengan situasi ini?
Inilah yang saya maksudkan rahsia umum.
Ada beberapa hal yang ingin saya utarakan di sini,
Dosa memungkiri janji.
- Lupa? Mari kita sama-sama saling mengingatkan. Jika kita telah berjanji untuk menyimpan rahsia, kita wajib menyimpannya.
- Memungkiri janji itu sifat orang munafik dan orang munafik itu dibenci Allah SWT. Na'udzhubillah.
- Surah Al-Maidah: 1 terjemahannya: “Wahai orang-orang yang beriman tepatilah janji-janji.
Mengaibkan
- Mungkin saja, rahsia yang disampaikan kawan kita itu adalah hal yang mengaibkan dirinya. Kenapa perlu kita membuka aib dia sedangkan dia berusaha untuk menutupinya?
- Jangan mencari-cari keaiban orang dan sekiranya keaiban sahabat atau keluarga terpampang depan mata kita, tutuplah ia dengan sebaiknya.
- Jika kita menjaga aib manusia lain, insyaAllah Allah SWT akan menjaga aib kita. Itu lebih baik.
Alasan
- Ada yang beralasan, ingin membantu kawan mencari solusi.
- Bagus niat kamu tapi caranya salah!
- Kadang kala, kawan kita bercerita rahsia mereka bukan untuk dicarikan solusi tetapi cukup untuk didengarkan.
- Berdiskusi mencari solusi itu harus dipilih-pilih orangnya dan benar-benar setiap insan itu lurus niat mereka untuk mencari solusi bukan mendiskusikan aib orang atau istilahnya mengumpat sehingga diakhir diskusi, ada solusi dan bukan jalan mati!
Perpecah-belahan
- Sedar atau tidak, sikap kebiasaan rahsia umum itu mempengaruhi ukhuwwah sesama.
- Misalnya, si A tidak mahu diketahui rahsianya oleh si B lallu menceritakan kepada C. Tapi C bercerita kepada B. Boleh bayangkan gempa bumi dan tsunami yang bakal muncul?
- Alangkah bagusnya jika kita berdiam dan diam kita mendamaikan banyak orang.
Alhamdulillah, sedikit perkongsian yang dapat saya berikan dan berharap ia nya bermanfaat buat semua.
Pesan 1: Ingat hukum karma, "What you give, you get back. Sambungan yang saya selalu selitkan, If it's not here then in Hereafter. InsyaAllah"
Pesan 2: Mual dengan sikap orang seperti di atas dan saya ada tips untuk kalian, jika bertemu dengan individu seperti di atas. ZIP mulut kalian ketat-ketat dan rapat-rapat jangan sampai bocor walau satu kalimat kerana sebentar lagi ianya akan tersebar :))
Pesan 3: Mari beristighfar. Astaghfirullah. Astaghfirullah. Astaghfirullah.
Sabtu, 18 Jun 2011
Magang Story 1: Accepted!
Assalamualaikum wrt wbt,
Salam sejahtera buat semua,
Alhamdulillah, puji syukur ke hadrat Tuhan kita yang menciptakan segala nikmat buat manusia dan alam sekeliling,
Selawat dan salam buat Rasulullah SAW, junjungan besar, keluarga Baginda, para sahabat, tabi'-tabiin.
Alhamdulillah, saya ingin berkongsi tentang sebuah pengalaman.
A tiny experience that bring a lot to me.
Hari ini, kami berlima diamanahkan untuk follow up pesakit di ruangan. Follow up pesakit harus selesai sebelum jam 7 pagi (dengan jumlah pesakit total 40 orang) kerana ada acara "Jalan Sehat Diabetes Mellitus" anjuran Bagian Ilmu Penyakit Dalam (baca: Medical Department) RSUD Soreang. Kami sebagai dokter Magang, terlibat sama, cuma keterlibatan kami hanya bermula setelah kami selesai follow up semua pesakit. Acaranya di Ciwedey! Weehoouu~
Sampai saja di Ruangan, saya melihat fail pesakit terbentang 6 "biji" semuanya.
"Aimi, itu status pasien (baca: pesakit)" kata sahabat saya.
"Oh, ok. Terima kasih" balas saya sambil melemparkan senyuman.
Tanpa berlengah, saya melihat status semua pesakit sekali imbas. Tujuannya adalah minimal untuk mengetahui penyakit pesakit dan kondisi terakhir pesakit.
Di sinilah inti cerita.
Saya ambil satu dari cerita semua pesakit saya, ya!
Saya masuk ke dalam ruangan,
"Assalamualaikum, selamat pagi. Ibu N?" tanya saya kepada seorang pesakit.
"Wa'alaikumussalam, ya dokter" balas pesakit lemah.
Berusia sekitar 30an, pesakit kelihatannya seperti sakit berat.
"Ibu, ada keluhan apa hari ini?" saya bertanya
"Saya masih sakit" balas ringkas ibu tadi.
Berkeringat basah 1 badan.
Setelah saya anamnesis ulang, ternyata pesakit tadi, tidak buang air besar untuk 2 hari, tidak kentut, sakit seluruh bagian abdomen dan lebih sakit jika setelah makan dan tidak berkurang dengan makan. Sakit dirasakan menjalar ke bahu kanan. Pesakit terlihat berbaring ke satu sisi dan sulit untuk diubah posisinya kerana sakit hebat. Kelainan pada sistem reproduktif tidak ditemukan.
Saya membaca diagnosis pesakit yang telah dilakukan oleh dokter sebelumnya.
Saya kurang setuju, namun begitu saya tetap melakukan pemeriksaan seperti biasa.
Segera saya lakukan pemeriksaan.
Vital sign: Tachycardia.
Mata, konjungtiva subikterik.
Jantung dan Pulmo tidak ditemukan kelainan.
Abdomen, Murphy's sign (+), Tenderness (+) hampir seluruh abdomen, Rebound tenderness (+), dullness + shifting dullness (+), Bising usus berkurang. Rovsing sign(+), Psoas sign (+), Mc Burney point (+)
Lab semalam: Leucocytosis (13,600)
Selesai.
Saya mendiagnosis ulang pesakit tadi dengan
Acute Abdomen e.c DD/ Acute cholecystitis DD/ Acute Appendicitis dengan peritonitis.
Saya terus mengusulkan pemeriksaan USG Abdomen untuk melihat Hepatobilier, Appendix dan juga Spleen.
Saya mengusulkan juga untuk kerjasama dari Bagian Bedah.
Dan saya menukar terapi pesakit tadi.
Awalnya saya ragu untuk bertindak demikian tetapi saya berfikir kembali,
"Aimi, sebentar lagi kamu akan graduate. Takkan kamu nak takut-takut dalam bertindak. Inilah masanya"
Jam 0730, datang Dokter Pakar untuk melakukan ward round bersama. Selesai ward round semua pesakit, kamu duduk berempat (3 Dokter magang merangkap teman-teman saya dan saya dan dokter pakar tadi)
Sampai ke status (fail pesakit) patient saya, Ibu N, dokter bertanya,
"Siapa incharge pesakit ini?" tegas suaranya sambil menunjukkan fail pesakit saya.
"Saya, dokter" jawab saya sambil menundukkan kepala.
Dalam hati saya menggerutu "Matilah aku. Mesti dokter pakar ini marah aku tukar diagnosis 2 orang pesakit. Itulah, pandai-pandai lagi ubah"
"Kenapa kamu bilang (baca: cakap) pesakit ini Acute Cholecyctitis instead of ikut diagnosis lama?" tanya dokter.
Saya pun menerangkan panjang lebar dan penuh yakinnya.
Dokter pakar tadi tersenyum.
"Haish, lemah aku. Salah ke dokter, diagnosis yang baru saya buat ini?" (dalam hati juga)
"Ok, bagus. Saya setuju dengan diagnosis kamu. Sini saya tandatangan surat izin pemeriksaan lanjut dan surat konsul pesakit ke Bedah. Saya tidak akan marah kamu kalau kamu punya alasan yang kukuh setiap kali kamu lakukan tindakan" jawab dokter pakar tadi.
For the second time, pandangan saya diterima. Diagnosis pesakit diubah dan penatalaksanaan lanjut yang saya usulkan diluluskan dokter~
Alhamdulillah. Terasa bermanfaat ilmu yang dicari semasa zaman koas (practical) dulu. Demi melihat kebahagiaan pesakit dan perbaikan dari penyakit, saya sanggup berkorban dan tidak mengambil mudah setiap apa yang dikeluhkan mereka. Semoga Allah SWT memberkati usahaku. Ameen.
Alhamdulillah. Ok. Sampai di sini dulu kegembiraan saya yang ingin dikongsikan bersama.
Saya sedang diuji Allah SWT dengan ujian sakit. Jadi, harus istirehat segera.
Pesan 1: Ini baru dokter pakar, approved dengan diagnosis saya, saya sudah gembira melambung. Jika Allah SWT menerima amal saya, pasti lebih melambung rasanya. Ameen. Semoga setiap yang kita lakukan menjadi jambatan amal buat kita ke syurgaNya
Salam sejahtera buat semua,
Alhamdulillah, puji syukur ke hadrat Tuhan kita yang menciptakan segala nikmat buat manusia dan alam sekeliling,
Selawat dan salam buat Rasulullah SAW, junjungan besar, keluarga Baginda, para sahabat, tabi'-tabiin.
Alhamdulillah, saya ingin berkongsi tentang sebuah pengalaman.
A tiny experience that bring a lot to me.
Hari ini, kami berlima diamanahkan untuk follow up pesakit di ruangan. Follow up pesakit harus selesai sebelum jam 7 pagi (dengan jumlah pesakit total 40 orang) kerana ada acara "Jalan Sehat Diabetes Mellitus" anjuran Bagian Ilmu Penyakit Dalam (baca: Medical Department) RSUD Soreang. Kami sebagai dokter Magang, terlibat sama, cuma keterlibatan kami hanya bermula setelah kami selesai follow up semua pesakit. Acaranya di Ciwedey! Weehoouu~
Sampai saja di Ruangan, saya melihat fail pesakit terbentang 6 "biji" semuanya.
"Aimi, itu status pasien (baca: pesakit)" kata sahabat saya.
"Oh, ok. Terima kasih" balas saya sambil melemparkan senyuman.
Tanpa berlengah, saya melihat status semua pesakit sekali imbas. Tujuannya adalah minimal untuk mengetahui penyakit pesakit dan kondisi terakhir pesakit.
Di sinilah inti cerita.
Saya ambil satu dari cerita semua pesakit saya, ya!
Saya masuk ke dalam ruangan,
"Assalamualaikum, selamat pagi. Ibu N?" tanya saya kepada seorang pesakit.
"Wa'alaikumussalam, ya dokter" balas pesakit lemah.
Berusia sekitar 30an, pesakit kelihatannya seperti sakit berat.
"Ibu, ada keluhan apa hari ini?" saya bertanya
"Saya masih sakit" balas ringkas ibu tadi.
Berkeringat basah 1 badan.
Setelah saya anamnesis ulang, ternyata pesakit tadi, tidak buang air besar untuk 2 hari, tidak kentut, sakit seluruh bagian abdomen dan lebih sakit jika setelah makan dan tidak berkurang dengan makan. Sakit dirasakan menjalar ke bahu kanan. Pesakit terlihat berbaring ke satu sisi dan sulit untuk diubah posisinya kerana sakit hebat. Kelainan pada sistem reproduktif tidak ditemukan.
Saya membaca diagnosis pesakit yang telah dilakukan oleh dokter sebelumnya.
Saya kurang setuju, namun begitu saya tetap melakukan pemeriksaan seperti biasa.
Segera saya lakukan pemeriksaan.
Vital sign: Tachycardia.
Mata, konjungtiva subikterik.
Jantung dan Pulmo tidak ditemukan kelainan.
Abdomen, Murphy's sign (+), Tenderness (+) hampir seluruh abdomen, Rebound tenderness (+), dullness + shifting dullness (+), Bising usus berkurang. Rovsing sign(+), Psoas sign (+), Mc Burney point (+)
Lab semalam: Leucocytosis (13,600)
Selesai.
Saya mendiagnosis ulang pesakit tadi dengan
Acute Abdomen e.c DD/ Acute cholecystitis DD/ Acute Appendicitis dengan peritonitis.
Saya terus mengusulkan pemeriksaan USG Abdomen untuk melihat Hepatobilier, Appendix dan juga Spleen.
Saya mengusulkan juga untuk kerjasama dari Bagian Bedah.
Dan saya menukar terapi pesakit tadi.
Awalnya saya ragu untuk bertindak demikian tetapi saya berfikir kembali,
"Aimi, sebentar lagi kamu akan graduate. Takkan kamu nak takut-takut dalam bertindak. Inilah masanya"
Jam 0730, datang Dokter Pakar untuk melakukan ward round bersama. Selesai ward round semua pesakit, kamu duduk berempat (3 Dokter magang merangkap teman-teman saya dan saya dan dokter pakar tadi)
Sampai ke status (fail pesakit) patient saya, Ibu N, dokter bertanya,
"Siapa incharge pesakit ini?" tegas suaranya sambil menunjukkan fail pesakit saya.
"Saya, dokter" jawab saya sambil menundukkan kepala.
Dalam hati saya menggerutu "Matilah aku. Mesti dokter pakar ini marah aku tukar diagnosis 2 orang pesakit. Itulah, pandai-pandai lagi ubah"
"Kenapa kamu bilang (baca: cakap) pesakit ini Acute Cholecyctitis instead of ikut diagnosis lama?" tanya dokter.
Saya pun menerangkan panjang lebar dan penuh yakinnya.
Dokter pakar tadi tersenyum.
"Haish, lemah aku. Salah ke dokter, diagnosis yang baru saya buat ini?" (dalam hati juga)
"Ok, bagus. Saya setuju dengan diagnosis kamu. Sini saya tandatangan surat izin pemeriksaan lanjut dan surat konsul pesakit ke Bedah. Saya tidak akan marah kamu kalau kamu punya alasan yang kukuh setiap kali kamu lakukan tindakan" jawab dokter pakar tadi.
Wooowwwwweeeeeeee~ Happy terbang-terbang! Alhamdulillah.
Accepted!
For the second time, pandangan saya diterima. Diagnosis pesakit diubah dan penatalaksanaan lanjut yang saya usulkan diluluskan dokter~
Alhamdulillah. Terasa bermanfaat ilmu yang dicari semasa zaman koas (practical) dulu. Demi melihat kebahagiaan pesakit dan perbaikan dari penyakit, saya sanggup berkorban dan tidak mengambil mudah setiap apa yang dikeluhkan mereka. Semoga Allah SWT memberkati usahaku. Ameen.
Alhamdulillah. Ok. Sampai di sini dulu kegembiraan saya yang ingin dikongsikan bersama.
Saya sedang diuji Allah SWT dengan ujian sakit. Jadi, harus istirehat segera.
Pesan 1: Ini baru dokter pakar, approved dengan diagnosis saya, saya sudah gembira melambung. Jika Allah SWT menerima amal saya, pasti lebih melambung rasanya. Ameen. Semoga setiap yang kita lakukan menjadi jambatan amal buat kita ke syurgaNya
Selasa, 7 Jun 2011
Menghasut orang lain.
Assalamualaikum wrt wbt,
Salam sejahtera buat semua,
Alhamdulillah, puji syukur ke hadrat Tuhan kita yang menciptakan segala nikmat buat manusia dan alam sekeliling,
Selawat dan salam buat Rasulullah SAW, junjungan besar, keluarga Baginda, para sahabat, tabi'-tabiin.
Alhamdulillah, minggu ini adalah minggu terakhir saya di Public Health (Sumedang), minggu depan sudah mulai Internal Medicine (Soreang).
Doakan kami ya semua! :)
Baiklah, saya ingin berkongsikan pandangan peribadi saya, mungkin ada benarnya, mungkin ada yang bertentangan dengan prinsip dan sikap pembaca.
Semoga yang baik diambil menjadi teladan dan yang buruk dibuang jauh-jauh. Pernah tidak, kalian menghadapi situasi di mana ada sahabat kalian yang mengajak ke arah yang kurang benar seperti,
Salam sejahtera buat semua,
Alhamdulillah, puji syukur ke hadrat Tuhan kita yang menciptakan segala nikmat buat manusia dan alam sekeliling,
Selawat dan salam buat Rasulullah SAW, junjungan besar, keluarga Baginda, para sahabat, tabi'-tabiin.
Alhamdulillah, minggu ini adalah minggu terakhir saya di Public Health (Sumedang), minggu depan sudah mulai Internal Medicine (Soreang).
Doakan kami ya semua! :)
Baiklah, saya ingin berkongsikan pandangan peribadi saya, mungkin ada benarnya, mungkin ada yang bertentangan dengan prinsip dan sikap pembaca.
Semoga yang baik diambil menjadi teladan dan yang buruk dibuang jauh-jauh. Pernah tidak, kalian menghadapi situasi di mana ada sahabat kalian yang mengajak ke arah yang kurang benar seperti,
"Kita tidak perlu beritahu lecturer/dokter/bos tentang tugas kelmarin, kalau kita beritahu, mesti dia minta kita langsaikan tugas"
atau
"Apa kata, esok kita datang lambat, kalau semua datang lambat, lecturer/dokter/bos mesti tidak marahkan kita individually"
atau
"Hujung minggu ini, kita pakat untuk tidak masuk kerja/kelas (atas alasan tertentu)"
atau
"Kita pulaukan si pulan kerana si pulan jahat/pernah fitnah kita semua"
atau
"Mari pakat datang meeting lambat, kalau aku sendiri datang lambat, tak best lah"
Baiklah, apapun situasi, apapun keadaan, pernah tidak anda, teman anda atau anda mendengar cerita orang lain yang mengajak melakukan hal yang kurang baik.
atau
"Apa kata, esok kita datang lambat, kalau semua datang lambat, lecturer/dokter/bos mesti tidak marahkan kita individually"
atau
"Hujung minggu ini, kita pakat untuk tidak masuk kerja/kelas (atas alasan tertentu)"
atau
"Kita pulaukan si pulan kerana si pulan jahat/pernah fitnah kita semua"
atau
"Mari pakat datang meeting lambat, kalau aku sendiri datang lambat, tak best lah"
Baiklah, apapun situasi, apapun keadaan, pernah tidak anda, teman anda atau anda mendengar cerita orang lain yang mengajak melakukan hal yang kurang baik.
Kamu/dia/mereka mahu melakukan hal tersebut tetapi tidak mahu bersendirian?
Gambar hiasan
STOP and THINK rasionally!
STOP: mengajak orang ke arah keburukan!
Gambar hiasan
STOP and THINK rasionally!
STOP: mengajak orang ke arah keburukan!
Sejujurnya, saya tidak suka dengan sikap sebegini dan ianya bertentangan dengan prinsip saya. Bagi saya peribadi, jika mahu melakukan hal, kita harus memikirkan manfaat dan mudharatnya. Pertimbangan kita harus adil menggunakan akal rasional biar setiap tindakan kita nanti, sekurang-kurangnya telah difikirkan baik buruk dan tidak ada sesalan di kemudian hari.
Jika kita mahu melakukan hal yang kemudian harinya mendatangkan mudharat seperti situasi di atas, lakukanlah sendiri. Sendiri yang ingin ke arah tersebut, sendiri harus berani bertanggungjawab. Jangan mengheret orang lain untuk sama terjerumus dalam dosa bersama-sama kerana alasan tidak mahu menerima padah sendiri. Itu menzalimi namanya.
Kalau kamu merasa tidak suka dengan seseorang, jangan mengajak orang lain untuk sama membenci individu tersebut. Cukuplah kamu sahaja yang bermasalah dengan individu tersebut. Jangan dibuat jemaah memulaukan orang. Itu zalim namanya.
Seperti yang pernah diungkapkan di dalam sebuah hadith,
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang mengajak ke arah kebaikan, maka ia memperoleh pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi sedikitpun dan dari pahala-pahala mereka yang mencontohnya itu, sedang barangsiapa yang mengajak kearah keburukan, maka ia memperoleh dosa sebagaimana dosa-dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi sedrkitpun dari dosa-dosa mereka yang mencontohnya itu."
(Riwayat Muslim)
Ada juga situasi kedua,
Individu ini memang tidak mengajak orang ke arah yang kurang baik, namun begitu dampak negatifnya terpalit ke banyak orang.
Contoh situasinya seperti berikut,
Kerana si A tidak mengerjakan tugas atau mengerjakannya dengan kurang sempurna, hampir sekelompok orang dimarahi.
Wallahualam.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat :)
Jika kita mahu melakukan hal yang kemudian harinya mendatangkan mudharat seperti situasi di atas, lakukanlah sendiri. Sendiri yang ingin ke arah tersebut, sendiri harus berani bertanggungjawab. Jangan mengheret orang lain untuk sama terjerumus dalam dosa bersama-sama kerana alasan tidak mahu menerima padah sendiri. Itu menzalimi namanya.
Kalau kamu merasa tidak suka dengan seseorang, jangan mengajak orang lain untuk sama membenci individu tersebut. Cukuplah kamu sahaja yang bermasalah dengan individu tersebut. Jangan dibuat jemaah memulaukan orang. Itu zalim namanya.
Seperti yang pernah diungkapkan di dalam sebuah hadith,
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang mengajak ke arah kebaikan, maka ia memperoleh pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi sedikitpun dan dari pahala-pahala mereka yang mencontohnya itu, sedang barangsiapa yang mengajak kearah keburukan, maka ia memperoleh dosa sebagaimana dosa-dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa dikurangi sedrkitpun dari dosa-dosa mereka yang mencontohnya itu."
(Riwayat Muslim)
Ada juga situasi kedua,
Individu ini memang tidak mengajak orang ke arah yang kurang baik, namun begitu dampak negatifnya terpalit ke banyak orang.
Contoh situasinya seperti berikut,
Kerana si A tidak mengerjakan tugas atau mengerjakannya dengan kurang sempurna, hampir sekelompok orang dimarahi.
atau
Kerana si pulan/pulanah datang lambat kerja/kelas, hampir ke semua dari kamu dimarahi juga oleh lecturer/dokter/bos.
Begitulah beberapa situasi yang saban hari saya temukan. Apa yang saya tidak suka, insyaAllah saya usahakan untuk menghindarinya. Tidak sukanya saya dan kamu dengan situasi di atas kerana hati kita menolak ke arah kemungkaran. Mungkin kecil di mata kita, tetapi di pandangan Allah SWT, itu tetap dihitung sebagai amalan sehari-hari. Tidak pernah dilupakan Tuhan walau sebesar zarah pun. Mungkin kadang-kala ada waktunya saya tersilap langkah, dengan lapang hati saya menerima teguran.Wallahualam.
Selamat membaca dan semoga bermanfaat :)
Ahad, 5 Jun 2011
Obat syrup atau tablet
Assalamualaikum wrt wbt,
Puji syukur ke hadrat Tuhan, Penguasa seluruh alam dunia dan akhirat.
Selawat dan salam buat Rasul junjungan besar, keluarga Baginda dan para sahabat.
Hari ini, saya ingin berkongsi cerita.
Sebuah kisah yang menjadi pengalaman hidup saya. InsyaAllah, juga pengajaran buat semua yang membaca.
Suatu pagi, di poliklinik, saya sedang duduk membaca bahan akademik, membaca ulang tentang "Urinary Tract Infections".
Banyak juga pesakit-pesakit yang datang dengan keluhan penyakit tersebut selain penyakit dyspepsia (baca: gastrik/maag) dan tension-type headache.
Sedang asyik membaca, datang seorang pesakit anak perempuan bersama ibunya.
"Assalamualaikum, silakan duduk, kenapa adik? Ada apa yang boleh dibantu?" tanya saya sambil tersenyum cuba mencairkan suasana yang agak tegang kerana selalunya anak-anak takut dokter, lebih umumnya, sesiapa yang pakai white coat.
"Wa'alaikumussalam dokter, anak saya, 3 hari yang lalu datang dengan keluhan batuk pilek (baca: batuk selsema), tapi masih belum sembuh. Dirawat oleh dokter tempoh hari" kata ibu menjelaskan keadaan.
Itu suatu tamparan yang tepat ke muka bagi saya. Apabila telah diberikan tanggungjawab, semampu mungkin kita mahu memberikan yang terbaik buat pesakit. Namun, harus sentiasa diingat, kita berusaha tetapi Allah SWT Maha Menyembuhkan.
Saya cuba mengimbas kembali, pesakit ini yang mana?
Maklum, di klinik desa ini, pesakit datang lebih dari 30 orang sehari dan pada hari tertentu boleh mancapai 50 orang. Hanya ada maksimum 3 orang dokter muda di balai pengobatan manakala yang lain di Poliklinik kesihatan ibu dan anak, serta di Balai Imunisasi atau di kaunter Farmasi.
Alhamdulillah, terus teringat kembali. Anak ini berusia 6 tahun, datang dengan keluhan batuk selsema sudah 2 hari.
Saya bertanya kembali, "Baiklah, apakah batuk selsema ini bertambah buruk atau sama sahaja dengan tempoh hari? Ubat yang diberikan tempoh hari habis dimakan tidak, ibu?
Waktu itu, saya sempat memberikan Amoxicillin syrup satu botol dan juga ubat tablet untuk batuknya, Gliseril Guaiakolat, diberikan untuk 3 hari memandangkan pesakit harus datang lagi untuk kontrol.
Ibu kepada anak ini membalas,
"Tidak habis obatnya"
Saya merasa aneh,
"Kenapa tidak dihabiskan? Obat yang mana satu yang tidak dihabiskan, ibu?"
Ibu membalas, "Obat syrup di dalam botol itu dokter"
MasyaAllah, itulah antibiotik. Ubat yang perlu dihabiskan. Pemilihan obat, insyaAllah telah saya pilih sesuai prosedur klinik desa dan ilmu perubatan.
Saya merasa aneh jika tidak sembuh kerana prosedur kedua mengikut protab (baca: standard operational procedure), anak ini harus di periksa ulang untuk suspect TBC infection (penyakit paru menular) sambil diberikan ubat yang lebih "kuat"
Ibu membalas, "Anak ibu tidak suka minum obat syrup, dia lebih suka obat tablet"
Saya, "Eh, bukan anak-anak suka syrup ya ibu? Beda ya dengan anak pintar ibu?" sambil tersenyum melihat anak perempuan tadi yang tersipu-sipu.
Alhamdulillah, saya terus menggantikan ubat anak tadi. Sabtu semalam, pesakit yang sama datang lagi, sekadar rutin kontrol, penyakitnya sembuh.
Alhamdulillah. Tersenyum, lega! Syukur kepada Tuhan yang menyembuhkan.
Semoga usahaku tidak menjadi fitnah buat Agama dan Dunia Perubatan itu sendiri.
Saya dapat mengambil satu iktibar. Ibrah yang insyaAllah saya akan ingat sampai bila-bila:
Menurut pendapat saya, kegagalan dalam pengobatan itu boleh dibahagikan menjadi 3 tahap:
1. Dokter
Gagal memberikan pengobatan yang terbaik buat pesakit dan gagal memberikan info tentang penyakit pesakitnya.
2. Obat
Dosis yang tidak optimal, bentuk (syrup/tablet/kapsul) yang tidak sesuai, reaksi obat-obatan yang diberikan, expired date serta segala berkaitan farmakologi dan drug resistance terutama dalam komunitas lingkungan
3. Pesakit
Tidak compliance dengan pengobatan, tidak faham dengan penyakit yang dialami mereka.
Salah satu dari 3 elemen ini tidak optimal, maka pengobatan insyaAllah gagal, Sunnatullah.
Apa yang ingin saya angkat sebagai isu perbincangan di dalam artikel ini adalah saat saya memberikan obat dalam bentuk syrup kepada anak tadi kerana menyangka anak ini tidak suka makan ubat tablet.
Kebiasaan pada anak-anak inilah yang membuatkan saya yakin memberikan obat tersebut.
Namun kerana "kebiasaan" inilah, anak tadi menolak makan obat kerana dia lebih suka dengan tablet.
Begitu juga jika diaplikasikan dalam dunia dakwah dan tarbiyah.
Kegagalan dalam penyampaian dan pemahaman dakwah dibahagikan menjadi 3:
1. Da'i (Pendakwah)
2. Metode (baca: method) penyampaian.
3. Mad'u (Individu yang didakwah)
Kesalahan yang saya lakukan juga mungkin dilakukan dalam dunia dakwah. Menyama-ratakan kesukaan/kebiasaaan semua mad'u sehingga peluang untuk gagal itu terbuka luas.
Di dalam buku Perangkat-Perangkat Tarbiyan Ikhwanul Muslimin, ada dinyatakan
Puji syukur ke hadrat Tuhan, Penguasa seluruh alam dunia dan akhirat.
Selawat dan salam buat Rasul junjungan besar, keluarga Baginda dan para sahabat.
Hari ini, saya ingin berkongsi cerita.
Sebuah kisah yang menjadi pengalaman hidup saya. InsyaAllah, juga pengajaran buat semua yang membaca.
Suatu pagi, di poliklinik, saya sedang duduk membaca bahan akademik, membaca ulang tentang "Urinary Tract Infections".
Banyak juga pesakit-pesakit yang datang dengan keluhan penyakit tersebut selain penyakit dyspepsia (baca: gastrik/maag) dan tension-type headache.
Sedang asyik membaca, datang seorang pesakit anak perempuan bersama ibunya.
"Assalamualaikum, silakan duduk, kenapa adik? Ada apa yang boleh dibantu?" tanya saya sambil tersenyum cuba mencairkan suasana yang agak tegang kerana selalunya anak-anak takut dokter, lebih umumnya, sesiapa yang pakai white coat.
"Wa'alaikumussalam dokter, anak saya, 3 hari yang lalu datang dengan keluhan batuk pilek (baca: batuk selsema), tapi masih belum sembuh. Dirawat oleh dokter tempoh hari" kata ibu menjelaskan keadaan.
Itu suatu tamparan yang tepat ke muka bagi saya. Apabila telah diberikan tanggungjawab, semampu mungkin kita mahu memberikan yang terbaik buat pesakit. Namun, harus sentiasa diingat, kita berusaha tetapi Allah SWT Maha Menyembuhkan.
Saya cuba mengimbas kembali, pesakit ini yang mana?
Maklum, di klinik desa ini, pesakit datang lebih dari 30 orang sehari dan pada hari tertentu boleh mancapai 50 orang. Hanya ada maksimum 3 orang dokter muda di balai pengobatan manakala yang lain di Poliklinik kesihatan ibu dan anak, serta di Balai Imunisasi atau di kaunter Farmasi.
Alhamdulillah, terus teringat kembali. Anak ini berusia 6 tahun, datang dengan keluhan batuk selsema sudah 2 hari.
Saya bertanya kembali, "Baiklah, apakah batuk selsema ini bertambah buruk atau sama sahaja dengan tempoh hari? Ubat yang diberikan tempoh hari habis dimakan tidak, ibu?
Waktu itu, saya sempat memberikan Amoxicillin syrup satu botol dan juga ubat tablet untuk batuknya, Gliseril Guaiakolat, diberikan untuk 3 hari memandangkan pesakit harus datang lagi untuk kontrol.
Ibu kepada anak ini membalas,
"Tidak habis obatnya"
Saya merasa aneh,
"Kenapa tidak dihabiskan? Obat yang mana satu yang tidak dihabiskan, ibu?"
Ibu membalas, "Obat syrup di dalam botol itu dokter"
MasyaAllah, itulah antibiotik. Ubat yang perlu dihabiskan. Pemilihan obat, insyaAllah telah saya pilih sesuai prosedur klinik desa dan ilmu perubatan.
Saya merasa aneh jika tidak sembuh kerana prosedur kedua mengikut protab (baca: standard operational procedure), anak ini harus di periksa ulang untuk suspect TBC infection (penyakit paru menular) sambil diberikan ubat yang lebih "kuat"
Ibu membalas, "Anak ibu tidak suka minum obat syrup, dia lebih suka obat tablet"
Saya, "Eh, bukan anak-anak suka syrup ya ibu? Beda ya dengan anak pintar ibu?" sambil tersenyum melihat anak perempuan tadi yang tersipu-sipu.
Alhamdulillah, saya terus menggantikan ubat anak tadi. Sabtu semalam, pesakit yang sama datang lagi, sekadar rutin kontrol, penyakitnya sembuh.
Alhamdulillah. Tersenyum, lega! Syukur kepada Tuhan yang menyembuhkan.
Semoga usahaku tidak menjadi fitnah buat Agama dan Dunia Perubatan itu sendiri.
Saya dapat mengambil satu iktibar. Ibrah yang insyaAllah saya akan ingat sampai bila-bila:
Menurut pendapat saya, kegagalan dalam pengobatan itu boleh dibahagikan menjadi 3 tahap:
1. Dokter
Gagal memberikan pengobatan yang terbaik buat pesakit dan gagal memberikan info tentang penyakit pesakitnya.
2. Obat
Dosis yang tidak optimal, bentuk (syrup/tablet/kapsul) yang tidak sesuai, reaksi obat-obatan yang diberikan, expired date serta segala berkaitan farmakologi dan drug resistance terutama dalam komunitas lingkungan
3. Pesakit
Tidak compliance dengan pengobatan, tidak faham dengan penyakit yang dialami mereka.
Salah satu dari 3 elemen ini tidak optimal, maka pengobatan insyaAllah gagal, Sunnatullah.
Apa yang ingin saya angkat sebagai isu perbincangan di dalam artikel ini adalah saat saya memberikan obat dalam bentuk syrup kepada anak tadi kerana menyangka anak ini tidak suka makan ubat tablet.
Kebiasaan pada anak-anak inilah yang membuatkan saya yakin memberikan obat tersebut.
Namun kerana "kebiasaan" inilah, anak tadi menolak makan obat kerana dia lebih suka dengan tablet.
Begitu juga jika diaplikasikan dalam dunia dakwah dan tarbiyah.
Kegagalan dalam penyampaian dan pemahaman dakwah dibahagikan menjadi 3:
1. Da'i (Pendakwah)
2. Metode (baca: method) penyampaian.
3. Mad'u (Individu yang didakwah)
Kesalahan yang saya lakukan juga mungkin dilakukan dalam dunia dakwah. Menyama-ratakan kesukaan/kebiasaaan semua mad'u sehingga peluang untuk gagal itu terbuka luas.
Di dalam buku Perangkat-Perangkat Tarbiyan Ikhwanul Muslimin, ada dinyatakan
"Berinteraksi dengan manusia adalah persoalan yang paling sulit dan rumit. Banyak tokoh pendidik, tokoh masyarakat, dan psikolog yang tidak berhasil membangun interaksi dengan manusia ini secara baik. Mengapa demikian? Karena mereka melakukannya tanpa dibekali pengetahuan yang detail tentang fitrah manusia itu sendiri. Akibatnya mereka meletakkan pola interaksi yang tidak dapat mengakomodasi kebutuhan fitrah tersebut, sehingga tidak dapat membawa manusia dari keburukan menuju kebaikan atau dari kesesatan menuju hidayah.."
Semoga bermanfaat. Wallahualam.
Jumaat, 3 Jun 2011
Renungan buat diri
Assalamualaikum wrt wbt
Alhamdulillah syukur kita panjatkan ke hadrat Ilahi yang memiliki kerajaan langit dan bumi dan hanya kepada Dia lah seluruh makhluk kembali.
Selawat dan salam kita lafazkan buat junjungan besar Rasulullah SAW, keluarga Baginda, para sahabat, tabi' tabiin.
Saya mahu mengajak diri sendiri dan juga para pembaca semua untuk mengambil sedikit waktu mentaddaburi ayat Allah SWT, An-Nur 43-44
Alhamdulillah syukur kita panjatkan ke hadrat Ilahi yang memiliki kerajaan langit dan bumi dan hanya kepada Dia lah seluruh makhluk kembali.
Selawat dan salam kita lafazkan buat junjungan besar Rasulullah SAW, keluarga Baginda, para sahabat, tabi' tabiin.
Saya mahu mengajak diri sendiri dan juga para pembaca semua untuk mengambil sedikit waktu mentaddaburi ayat Allah SWT, An-Nur 43-44
"Tidakkah engkau melihat bahawasanya Allah mengarahkan awan bergerak perlahan-lahan, kemudian Dia mengumpulkan kelompok-kelompoknya, kemudian Dia menjadikannya tebal berlapis-lapis? Selepas itu engkau melihat hujan turun dari celah-celahnya. Dan Allah pula menurunkan hujan batu dari langit, dari gunung-ganang (awan) yang ada padanya; lalu Ia menimpakan hujan batu itu kepada sesiapa yang dikehendakiNya, dan menjauhkannya dari sesiapa yang dikehendakiNya. Sinaran kilat yang terpancar dari awan yang demikian keadaannya, hampir-hampir menyambar dan menghilangkan pandangan"
"Allah menukarkan malam dan siang silih berganti; sesungguhnya yang demikian mengandungi pelajaran yang mendatangkan iktibar bagi orang-orang yang celik mata hatinya berfikir"
"Allah menukarkan malam dan siang silih berganti; sesungguhnya yang demikian mengandungi pelajaran yang mendatangkan iktibar bagi orang-orang yang celik mata hatinya berfikir"
Subhanallah, alhamdulillah, allahuakbar.
Mari semua,
Kita tundukkan hati kita, serendah-rendahnya, jauh dari keegoan dunia
Kita tundukkan pandangan kita, jauh dari maksiat dunia,
Kita tundukkan pendengaran kita, jauh dari fitnah dunia,
Kita tutup mulut kita erat-erat dari mengatakan hal yang dusta belaka,
Di segenap waktu kita, di saat kita menghirup dan menghela nafas udara,
kita sering lupa,
Lupa akan Dia, Tuhan yang memberikan segala-galanya demi kebaikan kita
Hari ini, kita duduk diam, mendongak ke langit, melihat silih ganti malam dan siang,
Tanya pada hati, apa yang dirasakan saat ini?
Hati yang kotor dengan maksiat hanya melewatinya,
Jauh dari keredhaan Tuhan dekat dengan kemaksiatan Syaitan,
Hatinya jauh...
Jauh sehingga air mata tidak menitis melihat kebesaranNya yang mengatur siang dan malam,
Tiada walau 1 kecacatan terzahirkan,
Tiada walau 1 bantuan diperlukan,
Dia berdiri Esa,
Dia tegak Berkuasa,
Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar.
Ya Allah,
dalam tangis dan rendah sujudku, Ya Allah,
aku mohon kemaafan di atas segala kelalaian yang telah hambaMu yang hina lakukan,
aku mohon keredhaanMu dalam setiap ibadah yang ku lakukan,
aku mohon keberkatan dalam setiap langkah ku panjangkan,
Ya Allah,
ampunkanlah dosa kedua orangtuaku,
sayangilah mereka seperti mana mereka menyayangiku,
berkatilah hidup mereka dunia dan akhirat.
Ya Allah,
aku hambaMu yang hina,
sujud menghadapmu,
ku tinggalkan segala keegoan diri,
ku tinggalkan segala kemaksiatan diri,
ku tinggalkan segala kealpaan diri,
demi redhaMu Ya Ilahi.
Mari semua,
Kita tundukkan hati kita, serendah-rendahnya, jauh dari keegoan dunia
Kita tundukkan pandangan kita, jauh dari maksiat dunia,
Kita tundukkan pendengaran kita, jauh dari fitnah dunia,
Kita tutup mulut kita erat-erat dari mengatakan hal yang dusta belaka,
Di segenap waktu kita, di saat kita menghirup dan menghela nafas udara,
kita sering lupa,
Lupa akan Dia, Tuhan yang memberikan segala-galanya demi kebaikan kita
Hari ini, kita duduk diam, mendongak ke langit, melihat silih ganti malam dan siang,
Tanya pada hati, apa yang dirasakan saat ini?
Hati yang kotor dengan maksiat hanya melewatinya,
Jauh dari keredhaan Tuhan dekat dengan kemaksiatan Syaitan,
Hatinya jauh...
Jauh sehingga air mata tidak menitis melihat kebesaranNya yang mengatur siang dan malam,
Tiada walau 1 kecacatan terzahirkan,
Tiada walau 1 bantuan diperlukan,
Dia berdiri Esa,
Dia tegak Berkuasa,
Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar.
Ya Allah,
dalam tangis dan rendah sujudku, Ya Allah,
aku mohon kemaafan di atas segala kelalaian yang telah hambaMu yang hina lakukan,
aku mohon keredhaanMu dalam setiap ibadah yang ku lakukan,
aku mohon keberkatan dalam setiap langkah ku panjangkan,
Ya Allah,
ampunkanlah dosa kedua orangtuaku,
sayangilah mereka seperti mana mereka menyayangiku,
berkatilah hidup mereka dunia dan akhirat.
Ya Allah,
aku hambaMu yang hina,
sujud menghadapmu,
ku tinggalkan segala keegoan diri,
ku tinggalkan segala kemaksiatan diri,
ku tinggalkan segala kealpaan diri,
demi redhaMu Ya Ilahi.
Langgan:
Catatan (Atom)