Ahad, 26 Jun 2011

Magang Story 2: Change!

Assalamualaikum wrt wbt,

Salam sejahtera buat semua,

Alhamdulillah, puji syukur ke hadrat Tuhan kita yang menciptakan segala nikmat buat manusia dan alam sekeliling,


Selawat dan salam buat Rasulullah SAW, junjungan besar, keluarga Baginda, para sahabat, tabi'-tabiin.

Minggu ini, saya akan menceritakan pengalaman minggu berikutnya di Medical Department.

Alhamdulillah dan syukur, semakin hari semakin banyak ilmu yang didapatkan, semakin banyak pengalaman yang diperolehi. Alhamdulillah.

Pagi, jam 0800, saya incharge di Emergency Department.

Kalau semasa koas dahulu (clinical year), bila sebut "Jaga" atau "Oncall" di Emergency maknanya, minimal adalah seorang kawan yang akan bersama-sama mengharungi badai oncall. Eceh, ayat! *wink*

Tapi sekarang, you're alone! Alone~ (baca dengan nada seram)

Sebenarnya, tidaklah seram mana. Mainan fikiran je tu.

Dari setiap bagian, menghantar 1 orang dokter magang. Jadi total ada 4 dokter magang bekerjasama dengan dokter umum yang lainnya. Jadi walaupun kami datang dari berbeza department, tetap saja penanganan pesakit dilakukan bersama-sama. Bukan bererti ini pesakit Medical, dokter dari Medical saja yang handle. Kami mengamalkan peribahasa "Sepakat membawa berkat". Eceh 2 kali.

Seorang pesakit lelaki, usia 60an, datang dengan keluhan sesak nafas dan sakit dada.

"Aimi, ini ada pesakit, Tuan S, 60 tahun, datang dengan keluhan dyspnea dan nyeri dada. saya tinggalkan untuk kamu, kalau hasil laboratorium pesakit ini keluar, tolong consult pesakit ini kepada dokter pakar" pesan rakan sejawat saya yang selesai tugasnya pagi itu.
(Dia oncall dari jam 8 malam hari sebelumnya hingga jam 8 pagi saat saya masuk menggantikan dia)

"Ok, dokter pakar yang incharge hari ini siapa?" tanya saya.

"Dr H" ringkas jawabnya.

"Aimi, pesakit ini diagnosisnya (penyakitnya)...." sambung sahabat tadi.

Namun, dengan segera saya potong,

"Jangan di kasi tahu saya diagnosisnya, biar saya periksa ulang. Benar tidak pemeriksaan saya dengan diagnosis kamu. Nanti saya lihat status pesakit ini saja. Thank you say (baca: sayang)" kataku sambil tersengih. Jangan salah faham, "sayang" di situ ditujukan kepada sahabat perempuan ya.

Sahabat saya tadi mengerti kerana ini bukan kali pertama saya memberhentikan bicaranya saat dia mahu mengkhabari diagnosis pesakit.

Debaran telah saya rasakan. Jika seorang pesakit itu di consult ke dokter pakar, itu bererti kondisi pesakit itu sama ada kritikal atau penyakitnya sulit atau ada komplikasi penyakit. Jika dokter umum atau istilah dokter junior mahu consult ke dokter pakar, minimal kita harus tahu penyakit pesakit itu. Tidak ada istilah "tidak tahu atau tidak pernah dengar penyakitnya"

Saya ke pesakit tadi. Saya melihat kondisi pesakit ini letargis. Sangat letargis.

Tanda vital yang ditemukan pada pesakit ini,

Blood pressure: Hypertension grade 2
Heart Rate : Tachycardia

Respiratory Rate: Tachypnea

Temperature: Subfebris.


Dalam hati, "Mungkin kerana sesak dan nyeri dada, pesakit ini menjadi sangat lemah"

Saya melakukan anamnesis ulang, pemeriksaan fisik sekali lagi.

Hasil yang saya temukan sesuai dengan Decompensatio Cordis FC III-IV (Gagal Jantung) e.c Hypertensive Heart Disease. Saya melihat status pesakit ini,

"Gotcha! Betul pun. Alhamdulillah" bisik hati saya sambil tersengih menyeringai.

Sambil menulis status pesakit lainnya,

"Dokter, ini hasil laboratorium pesakit atas nama Tuan S, 60 tahun" seorang jururawat separuh abad menghulurkan hasil pemeriksaan darah pesakit tadi.

"Nuhun ibu" balas saya dalam bahasa Sunda. Dialek asli orang Bandung.

Setelah diperiksa mata saya tertancap pada hasil pemeriksaan "CK-MB".

"Haish, apesal melambung tinggi CK MB ini, Leukosit pun tinggi??" dalam hati berbisik.

Saya melihat hasil ECG pesakit ini.

[Sila google fungsi enzim CK-MB untuk tahu lebih lanjut]

Aku masih berbicara sendiri, "Acute Myocardial Infarct?" sambil membandingkan dengan hasil ECG. Kemudian melihat penatalaksaan yang telah diberikan.

Seperti ada yang tidak sesuai dengan hasil lab dan ECG pesakit ini. Tidak cocok!

"Doc, mahu mulai Heparinisasi?" tanya jururawat lagi.

[Sila google juga untuk Heparinisasi untuk mengetahui lebih lanjut. Heparinisasi merupakan penanganan awal diberikan kepada pesakit dengan hasil lab CK-MB yang tinggi akibat kegagalan fungsi jantung dan kecederaan otot jantung. Namun, harus diperhatikan juga faktor pembekuan dan perdarahan pesakit dalam batas normal kerana pemberian Heparin ini mempunyai efek samping perdarahan"

"Sebentar ya bu" balas saya.

Saya membawa lembar status pesakit dan masuk ke ruangan Dokter Umum (senior).

Kami sempat diskusi dan mengambil kata putus untuk ke pesakit semula.

Saat kami datang melihat pesakit, tiba-tiba posisi pesakit menjadi tegang seperti kejang.

Gambar hiasan: Tetanus
Credit to the artist

Lebih kurang seperti inilah posisi pesakit saya itu.

Kaget kami!

Namun, dengan segera cepat dokter umum senior memegang pesakit tadi agar tidak jatuh.

Setelah 3 - 5 menit, pesakit tadi kembali normal.

Saya dan dokter senior tadi memerhatikan dengan baik kejangnya.

Dokter senior kemudian memanggil saya,

"Kamu dapat tangkap kenapa pesakit ini mempunyai kadar CK-MG yang sangat tinggi??"

Saya menjawab dengan perlahan, "Tetanus (Kancing gigi)?? Overuse of muscle activity?" sambil muka masih bingung.

"Ya, benar. Sekarang kamu periksa pesakit ini dan laporkan kepada Dokter H SpPD (Medical Specialist) dan Dr B (Neurologist)" balas dokter senior tadi.

Segera saya berlari, memeriksa ulang pesakit tadi.

Pesakit ini sesak mungkin kerana spasme laring.

Kedua, trismus 1 jari (bukaan mulut maksimal hanya 1 jari, normal masuk triple beef burger Mc D pun boleh..Ngee~ :P)

Ketiga, kuduk kaku (leher kaku dan tidak boleh ditundukkan sama sekali)

Keempat, perabaan perut, keras seperti papan.

Kelima, posisi pesakit, Opistotonus.

Keenam, fokus infeksi. Puas saya cari-cari di mana fokus infeksi. Ditanya ke pesakit dan keluarga, katanya, pesakit tadi tidak ada luka. Tapi mustahil dari mana datangnya infection kalau tidak ada jalan masuknya. Saya lihat-lihat, ada luka sebesar 2cm panjangnya dan 2 cm dalamnya di telapak kaki kiri pesakit ini. Dia tidak sedar begitu jua keluarganya.

"Hah! Jumpa pun kau" didalam hatiku berbisik.

Selesai semua, saya berlari bertemu Dr H SpPD. Selesai melaporkan, saya bertanya,

"Dokter, menurut pendapat saya dan Dr F, CK-MB nya tinggi bukan kerana AMI (penyakit jantungnya) tetapi kerana Tetanus" saya memberikan kesimpulan akhir dari diskusi.

"Iya, saya setuju. Memang iya. Ayo Aimi, segera lapor ke Dr B. Jadi dari kita hanya penanganan Decom III-IV ya?" tanya Dr H SpPD.

"Iya Dok" balas saya.

Kemudian, setelah melaporkan keadaan pesakit ke Dr B (Neurologist), saya ke Emergency semula.

Melapor ulang ke dokter senior, memberikan intruksi kepada jururawat bertugas dan duduk rehat!

Penat woo~ berlari-lari anak ayam satu hospital mencari dokter-dokter untuk melaporkan keadaan pesakit.

Alhamdulillah, setelah dimasukkan ke Ward, penanganan seoptimal dan maksimal mungkin diberikan dan keadaan pesakit jauh lebih baik dibandingkan saat baru datang.

Alhamdulillah. Syukur.

Pesan 1: Pesanan dari Dr H. "Jangan melihat keluhan pesakit sebagai suatu "kebiasaan". Take serious for every complaint of the patients. They are in pain. Menjadi dokter harus sensitif dan alert dengan setiap perubahan, keluhan dan keadaan pesakit"

Semoga Allah SWT memberkati dokter yang telah banyak mengajar saya.

Pesan 2: Alhamdulillah :)

4 ulasan:

  1. huwwooowww....
    pengalamanya seru banget

    BalasPadam
  2. salam kak aimi..pengalaman menarik..minta izin share ye..:)

    BalasPadam
  3. Arief,

    iya arief, itu kkk baru pertama kali lihat pasien tetanus.

    tapi karena pernah liat dibuku sebelumnya, bisa tebak,,hehe

    Ganbatte!!

    rajin-rajin belajarnya ya dik. biar nanti bisa jadi dokter yang bermanfaat buat agama dan bangsa.

    merawat pasien dengan hati :)

    BalasPadam
  4. Nur,

    salam ukhuwwah,
    silakan dik. semoga bermanfaat ye :)

    BalasPadam